Ilustrasi: Google.com


SQPers – Masyarakat sudah tak asing lagi mendengar pasangan angka di abad milenial ini. Dia menjadikan semua hal membutuhkan dan dihubungkan dengan teknologi atau bahasa kerennya Internet of Things. Siapa lagi kalau bukan Industri 4.0, si era discrupsi. Kanselir Jerman, Angela Merkel (2014) berpendapatbahwa Industri 4.0 adalah transformasi komprehensif dari keseluruhan aspek produksi di industri melalui penggabungan teknologi digital dan internet dengan industri konvensional (Hoedi & Wahyudi, 2018). Dampak dari Industri 4.0 ini dapat kita lihat di seluruh aspek kehidupan terutama pendidikan. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan untuk menyeimbangkan diri dengannya, khususnya di kalangan mahasiswa.

Mahasiswa harus mampu tanggap terhadap perubahan ini. Semua kebutuhan dalam pendidikan dapat kita akses dengan mudahnya, kini buku tak lagi menjadi acuan, namun jurnal sebagai jantung kehidupan dalam penugasan. Hal ini berlaku untuk semua mahasiswa di seluruh Indonesia tak pelak lagi untuk Universitas Sains Al Qur’an (UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo. Namun pertanyaannya, apakah mahasiswa UNSIQ siap dengan keadaan ini? Dengan semua perubahan ini? Sedangkan dalam realita yang kita temukan, tak hanya di Universitas berbasis agama ini saja, di luar sana masih banyak mahasiswa yang melakukan plagiarisme atau penjiplakan dalam setiap makalah dalam menunaikan kewajiban mereka. Mungkin tidak secara langsung, banyak diantara mereka yang tidak memasukkan sumber referensi dalam penelitian mereka.

Wonosobo sebagai kota kecil di tengah Provinsi Jawa Tengah juga memberikan dampak tersendiri bagi lingkungan mahasiswa. Meskipun internet dapat ditemukan dimanapun, namun penggunaannya masih sangat minim di bidang informasi. Bahkan masih terdapat mahasiswa yang belum paham dalam pemanfaatan internet dan teknologi dalam pendidikan. Permasalahan selanjutnya adalah atmosfir lingkungan kecil ini menyebabkan mahasiswa sulit untuk menemukan buku dalam beberapa bidang program studinya dan tidak semua buku tersebut disediakan gratis di internet bukan?

Universitas Sains Al Qur’an berbasis agama Islam. Semua program pasti dikaitkan dengan agama Islam. Bahkan, di jurusan eksakpun, kita tetap dapat menemukan mata kuliah berbasis agama Islam. Dalam agama Islam, dia  memberikan kebebasan dalam berkarya, namun tetap pada batasan – batasan yang tidak dapat dilalui oleh nalar pikiran manusia. Sedangkan di luar sana, peneliti selalu mencoba hal – hal baru yang tabu apabila dibicarakan dikalangan kaum muslimin dan tentunya mahasiswa UNSIQ itu sendiri. Lalu, akankah dalam era 4.0 yang nantinya akan berlanjut ke era 5.0, UNSIQ dan agama Islam akan tetap eksis?

Agama adalah acuan kehidupan bagi sebagian orang, dan sebagian kecil diantaranya tak menganggap agama itu penting, yang terpenting adalah moral apa harus diprioritaskan di dalam kehidupan sehari – hari. Memang kita tidak bisa menampik perbedaan pendapat ini. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan yang semakin menggila, tentu manusia akan memiliki rasa penasaran yang tinggi dan tidak akan puas. Dan memang, dalam perkembangannya semuanya akan baik – baik saja dan bahkan kehidupan ini akan menjadi lebih baik dalam ketersediaan kebutuhan itu sendiri. Namun, apakah manusia akan menjamin kebahagiaan itu akan selalu terjamin keberadaannya?

Di sinilah peran agama sebagai the rule of life. Sejatinya, manusia diciptakan oleh Tuhan dan tentu suatu ketika mereka pasti akan kembali kepada yang menciptakannya, inilah yang dapat kita temukan di UNSIQ. Memang dalam menghadapi ketertinggalan ini, mahasiswa UNSIQ harus lebih peka lagi terhadap informasi dari luar, tak hanya berusaha sendiri namun ini juga ini menjadi PR bagi stakeholders terkait seperti dosen, rektor dan segala perangkat universitas. Hal ini dapat dilakukan dengan terus memantau perkembangan perubahan dunia dari pelbagai hasil penelitian, semisal jurnal yang tersedia di internet. Sebagai contoh situs termudah yaitu google schollaratau situs – situs lainnya. Memang awalnya harus dipaksa dan tidak mudah.Namun dengan pengertian dan rasa keingintahuan yang tinggi, mahasiswa harus bisa supaya tetap bisa bertahan ketika lulus dan bersaing dengan mahasiswa dari universitas lainnya.

Berdasarkan hal tersebut, apabila mahasiswa dapat memaksimalkan kebermanfataan interenet dan mengurangi budaya plagiarisme,maka pendidikan itu tak akan kalah dengan perubahan. Serta UNSIQ yang berbasis agama tidak akan pernah kalah begitu saja dalam mengahadapi persoalan industri 4.0 ini. Sebaliknya, perubahan inilah yang akan membutuhkan agama untuk survive di dalam kehidupan. Jadi, tidak ada salahnya Kuliah Plus Ngaji Ke UNSIQ Aja…
Sumber: Hoedi & Wahyudi, 2018. Industri 4.0: Telaah Klasifikasi Aspek Dan Arah Perkembangan Riset. Surakarta: UNS.

Penulis: Farah Fahrun Nisak, Jurnalis LPM SQ

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *