Siti Nurazizah Alhz, wisudawati terbaik kategori Best Of The Best Tahfidz UNSIQ Jawa Tengah di Wonosobo Angkatan Ke – XXXVII Periode September, 2019. (Foto: doc. Istimewa/Siti Nurazizah Alhz)


SQPers“Ridho orang tua dan guru adalah segalanya”. Itulah pesan dari salah satu guru yang menjadi prinsip yang selalu dipegang dan diyakini oleh Siti Nurazizah, mahasiswi asal Babakan, Lebaksiu, Kabupaten Tegal yang dinobatkan sebagai wisudawati terbaik kategori Best Of The Best Tahfidz pada wisuda UNSIQ Ke – XXXVII periode September 2019, Rabu (4/9/2019).

Azizah, sapaan akrabnya, tak menyangka atas capaian yang didapatya saat ini. Sebab, menurut Azizah, perjuangannya mungkin tidak seberapa dibandingkan dengan usaha dari teman – teman lainnya dan tidak ada artinya tanpa dorongan dan do’a dari orang tua, guru dan dosen – dosennya.

“Nggak nyangka sama sekali dan kaget. Karena sama sekali saya tak berharap menjadi yang terbaik. Dan hasil ini bukan semata – mata murni dari saya, melainkan berkat dari segala dorongan dan do’a dari Ibu, Abah, guru dan dosen – dosen saya,” kata mahasiswi yang meraih Index Prestasi Kumulatif (IPK) 3,89 itu.

Dalam menyelesaikan jenjang Strata – 1 (S1) sampai meraih predikat Hafidzoh, banyak lika – liku kehidupan yang dilalui oleh Azizah mulai awal masuk kuliah di UNSIQ. Ketika lulus MAN 1 Kota Tegal, Azizah sempat bertekad untuk kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Semarang dengan segala ujian yang dilaluinya berharap dapat beasiswa bidikmisi. Namun semua itu gagal dan membuat dirinya berputus asa. Hal itu akhirnya berdampak pada kebulatan keputusannya untuk pamit boyong (pulang) dari pondok Madrosatul Qur’an (pondok selama di MAN), karena bingung apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Sebelum hendak pamit, pengasuh pondok tersebut menyarankan untuk kuliah di UNSIQ sembari ngaji melanjutkan hafalannya. Berbekal ridho dan tekad yang kuat, akhirnya Azizah mendaftar kuliah di UNSIQ di hari pendaftaran terakhir gelombang ketiga dan diterima.

“Guru saya selalu memotivasi saya, bahwa kuliah dimanapun itu semua sama saja asal yang paling utama adalah niat kita. Tujuan apa kita kuliah, disitulah. Selama di UNSIQ, ketika ta’aruf santri di pondok pesantren Nawir Qulubana, awal yang dipesankan oleh Bu Nyai Nurul Azizah, Alhz, niat kita kesini yaitu Tholabul ‘Ilmi,” tuturnya.

Bentrok Waktu dan Kesabaran Menghafal

Mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa Arab ini mengaku selama delapan semester kuliah sambil ngaji di pondok Nawir Qulubana, banyak ujian yang dilaluinya. Dari terkadang bentrok waktu antara ngaji dengan organisasi, rasa males yang sering menghantui dan bahkan sewaktu menghafal tidak jarang ia menemukan ayat – ayat Al – Qur’an yang sangat sulit dihafal, sampai terbesit difikiran tidak betah dan ingin pindah saja. Tetapi semua itu, Azizah jalani dengan penuh kesabaran dan selalu mencoba luruskan niat awal sesuai dengan pesan gurunya.

“Saya banyak belajar dari para guru dan dosen saya yang tidak lepas dari dunia kepesantrenan yang selalu sabar menghadapi saya. Dan tidak lupa kepada orang tua dan sahabat – sahabat saya yang selalu menguatkan saya. Karena tanpa mereka semua, saya bukanlah apa – apa,” pungkasnya.


Penulis: Habibulloh Malik, Pimred LPM SQ 2018-2019

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *