
SQPers- Dalam memperingati Hari Perempuan Sedunia atau kerap disebut International Woman Day yang jatuh pada tanggal 08 maret Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Wonosobo melakukan sebuah aksi damai.
Aksi yang dilaksanakan pada hari rabu (09/03) di depan Alun-alun Wonosobo ini melibatkan puluhan kader PMII WONOSOBO dan juga mahasiswa dari Teater Banyu sebagai salah satunpengisi dari rangkaian aksi damai yang dilakukan.
Adapun rangkaian dari aksi damai ini meliputi orasi, baca puisi, teatrikal oleh teater banyu, aksi visual, mimbar bebas dan ditutup dengan longmarch peserta aksi.

Dalam orasinya, PMII Wonosobo menuntut keras kepada pemeritah terhadap maraknya kasus kekerasan yang terjadi terutama di Wonosobo. Tidak sampai disitu, dalam aksi damai ini juga terdapat beberapa poin penting yang disampaikan.
Seperti yang disampaikan oleh Ahmad Munawir selaku Ketua Umum Pengurus Cabang PMII Wonosobo setidaknya ada dua poin. Pertama, untuk menyuarakan kepada publik terkait adanya kekerasan seksual yang terjadi dan yang kedua supaya kekerasan dapat diselesaikan secara tuntas dan korban tidak malu untuk membuka suara.
“Satu untuk menyuarakan bawah ini menjadi sangat penting, yang kedua agar ketika ada kasus semacam ini harus benar-benar diselesaikan ada malu untuk mengungkapkan”. Kata Ahmad Munawir selaku Ketua Umum Pengurus Cabang PMII Wonosobo.
Puput Novita selaku Koordinator Lapangan dari Komisariat PMII Al-Muntaha Wonosobo menuturkan bahwa Masih banyak anak di bawah umur (termasuk perempuan) yang mengalami kasus kekerasan atau pelecehan seksual. Faktornya banyak seperti dalam dunia pendidikan, lingkungan keluarga dan dilihat dari data dinas BKPPA yang menunjukkan tentang presentase kekerasan terhadap perempuan dan anak masih sangat banyak di Wonosobo.
“kami sendiri masih dalam hal berdiskusi soal kasus-kasus tersebut, soal isu-isu tersebut belum sampai pada wilayah mendampingi begitu”. Imbuh puput.
Dalam orasi yang disampaikan oleh beberapa tokoh PMII Wonosobo nampak jelas terkait ketimpangan gender yang masih banyak dijumpai seperti perempuan yang hanya jadi pemuas nafsu birahi laki-laki, perempuan tidak boleh berpendidikan tinggi, menjadikan perempuan sebagai budak dalam rumah tangga yang hanya mengurus urusan rumah tangga seperti masak dan lain sebagainya.
“Pesan penting yang saya sampaikan semoga kita bisa mencapai kesetaraan gender dan semoga tidak ada lagi penindasan untuk perempuan maupun untuk laki laki”. Pungkas puput.
LPMSQ