Oleh: Rossihan anwar

Negara Indonesia memiliki jumlah perokok aktif yang cukup banyak, data menurut Global Adult Tobacco Survey menyebutkan Indonesia mengalami peningkatan Jumlah perokok aktif dalam 10 tahun terakhir. Tahun 2011, sebanyak 60,3 juta perokok aktif dan tahun 2021, menjadi 69,1 juta. Jangan beri tepuk tangan untuk peningkatan jumlah perokok di negara kita.

Sebagian orang sudah mampu membandingkan apa dampak baik dan buruk mengonsumsi rokok. Bukan tanpa alasan buat mereka yang memilih rokok sebagai kebutuhan. Kata Sri Mulyani, orang Indonesia lebih memilih membeli rokok daripada membeli beras dan telur.

Mirisnya, selain orang dewasa yang menjadi pengonsumsi rokok, remaja usia 15-19 tahun turut menjadi perokok aktif. Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan para remaja turut merokok secara ikhlas, lingkungan misalnya.

Yang menjadi pertimbangan bagi para orang tua, khususnya  jika anaknya merokok adalah kesehatan dan ekonomi. Sudah mampu ditebak, kenaikan harga rokok dewasa ini, sudah mencapai Rp.23.000,00 sebungkus. Hal ini mampu menguras pengeluaran remaja yang uang sakunya masih ditanggung orang tua. Namun tidak sedikit orang tua yang mengizinkan anaknya merokok dengan alasan “Bapaknya saja merokok, kenapa anaknya tidak”

Ada alternatif untuk membeli rokok yang barangkali tidak berpengaruh tapi juga tidak bisa dihindari: membeli secara ketengan (baca: eceran)

Lantas, mana yang lebih baik antara membeli rokok sebungkus atau beli eceran?

Dari segi menghemat, menurut sudut pandang pelajar dan santri, lebih baik membeli satu bungkus langsung daripada eceran. Sebab, jika satu batang dijual Rp. 2.000,00 keuntungan penjual bisa lebih besar daripada harga rokok sebungkus. Namun banyak juga penjual rokok yang tak bersedia menjual rokok secara eceran. Barangkali alasannya “Sudah, langsung beli saja sebungkus. Kalau hanya dibeli sebagian belum tentu laku”

Pada akhirnya, anjuran membeli rokok eceran atau langsung sebungkus lebih dikembalikan penuh kepada masing-masing perokok secara ikhlas. Hikmahnya antara perokok dan penjual sama-sama menunaikan ibadah: ibadah muamalah.

2 thoughts on “Mending Mana, Beli Rokok Etengan atau Bungkusan?”
  1. mohon maaf izin komentar.
    akan tetapi yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana cara agar anak-anak di bawah umur atau para pelajar agar tidak merokok. itu yang menjadi PR bagi kita semua, salah satunya faktor lingkungan seperti yang di sebutkan di atas.
    faktor inilah yang sulit kita hindari karena bagaimanapun juga perokok ada dimana-mana yang menyebabkan anak anak ketagihan ingin mencoba. pada akhirnya mereka kecanduan, kemudian ketika sudah kecanduan akan susah untuk berhenti merokok bahkan meminimalisir aja susah. dari sini kita bisa belajar bahwa ketika orang dewasa ingin merokok harus melihat situasi, apakah ada anak anak, atau pelajar tidak kalau tidak ada silahkan merokok. yang jadi permasalahan sebenarnya bukan harga rokoknya akan tetapi bagaimana cara agar mereka yang merokok minimal bisa meminimalisir.
    terima kasih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *