SQPers-Sabtu (22/7/23), Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut (PJTL) dilaksanakan di Gedung Muslimat NU, Karangluhur, Kalianget, Wonosobo. Kegiatan yang melibatkan anggota Pers Mahasiswa Shoutul Qur’an berlangsung hingga hari minggu (23/7). PJTL digelar guna meningkatkan kapasitas wawasan dan keterampilan jurnalisme dengan harapan memicu produktivitas pers mahasiswa.
Perlu diketahui, PJTL digelar dalam rangka menilik persoalan internal LPM SQ sendiri seperti sejarah pers mahasiswa, manajemen redaksi, analisis sosial, serta konsep maupun identitas produk jurnalistik. Utamanya menyorot produktivitas pers mahasiswa dalam menghasilkan produk jurnalistik yang bersentuhan dengan isu-isu kampus serta pengendalian masyarakatnya (social control).
PJTL bukan sekedar “Angin Segar” bagi pers mahasiswa. Lebih dari itu, kondisi intra LPM SQ harus terkonsep dan melakukan pembenahan. Mulailah dari diri sendiri. Mulailah memahami fungsi Persma sebagai “Jurnalisme Perubahan” dan “Alat Propaganda” dalam menyuarakan kebenaran bagi masyarakat kampus.
Mengutip survei yang diterbitkan suaramahasiswa.com tertanggal (24/2/22) berjudul “Tingkat Kepercayaan Terhadap Pers Mahasiswa dan Relevansinya Pada Masa Kini” pada kolom bebas yang diisi 165 responden dari berbagai universitas yang berasal dari kalangan mahasiswa itu berisi kritik, saran dan harapan untuk pers mahasiswa mendapati kesimpulan bahwa responden merasa pers mahasiswa perlu lebih peka, kritis dan terbuka terhadap isu-isu nasional maupun isu-isu kampus yang jarang dijangkau dan diberitakan oleh media mainstream. Selanjutnya responden merasa publikasi yang dilakukan pers mahasiswa harus lebih luas dan dapat dijangkau oleh mahasiswa serta menghasilkan produk berita yang kritis, populis, independen, terpercaya dan transparan.
Akan sangat memalukan jika LPM SQ hanya berisi sekelompok mahasiswa yang menjadi pewarta kegiatan rektorat atau acara seremonial lain. Mahasiswa masih dan tetap mempercayakan pers mahasiswa sebagai media alternatif selain media arus utama yang tak memberitakan isu-isu “kecil” kalangan pelajar yang dianggap “amatir” dalam menulis.

Abdul Haq, menulis pandangannya lewat platform persma.id berjudul “Lampu Kuning Pers Mahasiswa” yang diterbitkan pada (12/5/20) menyoal tugas pers mahasiswa, bagaimana mereka mengemban idealisme dalam dua irisan: sebagai insan pers dan mahasiswa.
“Ada idealisme yang diemban oleh pers mahasiswa. Idealisme sebagai insan pers, dan idealisme sebagai mahasiswa. Secara tidak langsung, pers mahasiswa tak hanya meningkatkan eskalasi kritis awak redaksinya, melainkan juga membangkitkan kesadaran kritis dan keberanian untuk bersikap kritis mahasiswa lainnya. Barangkali itu menjadi tugas terberat bagi pers mahasiswa,” tulisnya.
Singkatnya, PJTL tempo hari membuka kesadaran awak Persma, utamanya dalam mengidentifikasi realitas sosial, respon jurnalis terhadap persepsi yang beredar serta menyorot sudut pandang lain yang sejatinya mampu dijamah sehingga peran media alternatif berupa pers mahasiswa membawa perubahan sosial dan satu lagi: menciptakan rekayasa sosial atau membentuk opini publik atas isu-isu yang sesuai iklim di kampus hari ini.
Penulis: Anwar
Semangat, ya. Jangan lupa berjejaring, membaca, dan menulis. Menulis nggak membuat kaya. Say juga yakin semua orang pengen kaya, tapi lihatlah bagaimana kadang orang punya mobil, usaha, dll yang sudah masuk nishob tapi nggak melaksanakan zakat mal. Padahal zakat mal dulu baru haji. Dengan uang 80 jt an biaya haji, itu udah masuk zakat mal. Semangat menulis deh, pokoknya.